Dr dr Wawan Mulyawan, SpBS(K) Subspes.N-TB, FINSS, FINPS

Dr dr Wawan Mulyawan SpBS

Spesialis Bedah Saraf

Pengalaman :

20 Tahun

Jadwal Dokter

Senin: 16.00 – 18.00 Wib
Kamis: 16.00 – 18.00 Wib
Sabtu: 11.00 – 13.00 Wib

 

Jadwal bisa berubah sewaktu-waktu

Biografi

Dr dr Wawan Mulyawan SpBS(K) Subspes.N-TB, FINSS, FINPS aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Update terakhir alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini praktek di RSU Bunda Menteng sejak beberapa tahun lalu.

Selain aktif dalam keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr Wawan Mulyawan juga aktif di Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia (PERSPEBSI). Bahkan menjabat sebagai Ketua PERSPEBSI Jakarta hingga saat ini.

Dr Wawan bersama beberapa dokter lainnya saat ini juga didaulat sebagai dokter kepresidenan Republik Indonesia baik di era Presiden Joko Widodo maupun Presiden Prabowo Subianto. Bagi pria berusia 60 tahun ini nyeri merupakan salah satu bidang kedokteran yang sangat menarik. Sering ia menangani pasien dengan nyeri akut di tulang belakang. Dilakukan pengobatan baik dengan teknologi minimally invasive hingga tindakan open surgery hasilnya cukup baik.

“Ketika melihat pasien nyeri datang sangat memprihatinkan. Namun ketika pulang nyerinya sudah hilang dan pas kontrol pasien merasa bahagia karena bisa beraktivitas kembali ini jadi hal yang menyenangkan,” paparnya.

Tidak jarang, bapak 2 anak ini juga mendapati kasus-kasuh saraf terjepit yang sudah kompleks. Misalnya pasien yang saudah melakukan tindakan minimally invasive seperti endoskopi tulang belakang namun masih saja nyeri. Kasus post operasi terbuka hingga kondisi pedical screw yang berubah posisi.

Dr Wawan Mulyawan dan Ikatan Alumni FKUI

Tak hanya dalam aktivitas diatas. Dr dr Wawan Mulyawan SpBS(K) Subspes.N-TB, FINSS, FINPS juga masih aktif dan menjabat sebagai ketua umum ikatan alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Ia berbagai cerita tentang bagaimana layanan kesehatan di Indonesia dengan di luar negri. “Secara kasus waktu saya dan tim belajar mengenai minimally invasive di Korea, kasus disana cukup banyak, Namun tak sebanyak kasus di Indonesia. Teknologi juga sama tinggal bagaimana dokter-dokter di Indonesia mau mengembangkannya,” jelas rekan satu timnya Dr Heri Aminuddin SpBS(K).

Tim Dokter Spesialis Bedah Saraf